Indihiang, tabloidpersada.com
Salah satu tempat wisata alam di Kota Tasikmalaya yang lokasinya berada di wilayah Kampung Sirnagalih Kecamatan Indihiang tepatnya disekitar pinggiran DAM dan sungai Citanduy, sejak di bangun secara gotong royong oleh warga sekitar yaitu jauh sebelum adanya wabah virus covid-19 (corona) melanda, banyak sekali di kunjungi warga baik dari dalam maupun luar Kota Tasikmalaya.
Belum lama ini, tim tabloidpersada.com mengunjungi area lokasi wisata “Batu Bangkong”. Dari mulai pintu utama yang hanya bisa dilalui oleh kendaraan roda dua serta pejalan kaki itu, sudah tampak sekali perubahan drastis seperti kotoran sampah disana sini, rerumputan liar yang tingginya hampi sepaha orang dewasa serta area parkir dan warung kopi di permukiman warga pun sudah tidak tampak lagi.
Sampai disitu, tim tabloidpersada.com belum bisa menjumpai satu warga pun untuk dimintai keterangan. Padahal sejak datang berkunjung ke lokasi tersebut, tim belum mengetahui situasi dan kondisi yang sebenarnya keberadaan wisata Batu Bangkong sejak adanya wabah virus corona.
Setelah meneruskan perjalanan ke lokasi utama, tim tabloidpersada.com pun dibuat kaget. Ternyata, pemandangan indah, asri dan nyaman yang dibangun oleh warga sebagai tempat selfi, kumpul keluarga dan makan minum pun kini sudah berubah kumuh dan tak terawat. Jalan disekitar pinggiran air sungai Citanduy yang dulunya banyak dijumpai pernah pernikĀ indah, sekarang sudah ditumbuhi rerumputan liar nan menjulang tinggi hingga menutupi seluruh bahu jalan.
Kemudian tim melanjutkan ke bagian permukinan warung warung kopi yang dulunya ramai dijajakan warga sekitar serta mushola dan kamar mandi umum yang seingat tim sejak terakhir kali berkunjung ke Batu Bangkong sedang tahap renovasi. Namun kini, kondisinya pun tak jauh menyeramkan dan terkesan mistis karena banyak sebagian dari kondisi bangunan warung yang terbuat dari kayu dibiarkan lapuk begitu saja.
Di lokasi terakhir menuju puncak bukit Batu Bangkong, tim melihat seorang ibu paruh baya yang tengah duduk memperhatikan anak nya bermain di sebuah gubuk rumah bambu. Kedatangan tim pun disambut hangat sembari menceritakan singkat tentang awal terjadinya penurunan jumlah wisata yang datang ke lokasi batu bangkong tersebut. “Sejak covid-19 mewabah, sejak itu pula terjadi penurunan kunjungan sehingga warga menjadi enggan untuk mengelola tempat ini termasuk para pedagang warung kopi dan gorengan sudah tidak lagi mendapatkan keuntungan dan malah kian merugi akhirnya ditinggalkan begitu saja hingga lapaknya pun hancur dan lapuk”, ujarnya tanpa mau menyebutkan namanya.
Kini, nama wisata Batu Bangkong tinggal kenangan. Selain terbengkalai, pemandanganya pun jadi terkesan menyeramkan. Namun, saya sangat berharap adanya perhatian dari pemerintah terkait yaitu Dinas Pariwisata Kota Tasikmalaya bekerjasama dengan para pengembang swasta untuk dapat membangkitkan lagi salah satu wisata alam Batu Bangkong kebanggaan warga Indihiang khususnya dan warga Kota Tasikmalaya pada umumnya”, pungkasnya.***
Reporter Liputan : Meida
Editor : Irfans Hasanudin